Pluralismedidefinisikan sebagai masyarakat di mana banyak orang, kelompok atau entitas berbagi kekuatan politik. Contoh dari pluralisme adalah masyarakat di mana orang-orang dengan latar belakang budaya yang berbeda menjaga tradisi mereka sendiri. Contoh pluralisme adalah di mana serikat pekerja dan pengusaha berbagi dalam memenuhi kebutuhan
15Contoh Kerja Sama Di Lingkungan Masyarakat Atau Gotong Royong. Dipublikasikan oleh Hermanto Wicaksana ∙ 26 August 2020 ∙ 6 menit membaca. Copied to clipboard. Daftar Isi [ hide] Contoh Bentuk Kerja Sama Di Masyarakat. 1. Kerja bakti membersihkan got. 2. Kerja sama membangun masjid.
Organisasiini umumnya bertujuan membina keagamaan di lapisan masyarakat hingga ke bawah sehingga meningkatkan persatuan intern agama itu sendiri atau antar umat agama. Contoh organisasi keagamaan, di antaranya adalah Nahdhatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Gereja Indonesia, dan sebagainya. beberapa organisasi ini juga ada yang
cash. Oleh Hariman A. Pattianakotta Saya pernah membaca sebuah artikel, kesaksian dari seorang pemimpin perusahaan. Kebetulan orang ini adalah seorang Kristen. Ia juga aktif dalam pelayanan di gereja. Menurutnya, memimpin gereja jauh lebih sulit dari memimpin perusahaan. Apa pasal? Ia mencontohkan. “Kalau di perusahaan, target yang ingin dicapai serba terukur. Perintah seorang atasan jelas kepada bawahannya. Jika performance bawahan tidak sesuai, evaluasi dan ganti! Keputusan yang diambil pun harus cepat, kalau tidak cepat akan ketinggalan. Rejekinya diambil orang.” “Sementara kalau di gereja, yang dikedepankan adalah persekutuannya. Demi persekutuan, yang sudah jelas-jelas salah pun kadang sulit untuk diubah, sebab mekanismenya panjang.” “Belum lagi soal rasa. Kita sering enak gak enak mengambil keputusan tegas. Kalau bersikap terlalu tegas, dianggap kurang pastoral. Sementara katanya gereja adalah persekutuan pastoral. Inilah yang terkadang membuat orang seperti saya tidak efektif dalam pelayanan.” “Kalau di perusahaan, kita mengambil karyawan sesuai dengan standar kita. Harus sarjana dan punya kompetensi tertentu. Sementara di gereja, semua ada. Maaf, dari yang tidak sekolah sampai yang profesor ada di gereja. Bagaimana memimpin secara efektif dengan komposisi seperti ini sangat tidak mudah. Karena itu, menurut saya, memimpin di gereja lebih sulit dari memimpin perusahaan.” Organisasi dan Organisme Apa yang diungkapkan di atas mencerminkan tegangan antara gereja sebagai “organisasi” dan “organisme”. Jika kita membaca bukunya Romo Mangunwidjaya, “Gereja Diaspora”, kedua hal itu dipertahankan untuk selalu berada dalam ketegangan yang kreatif. Betul, gereja adalah koinonia, persekutuan yang saling mengisi dan saling berbagi. Gereja adalah tubuh Kristus. Sebagai tubuh organis, anggota-anggota gereja diikat oleh Roh Kudus, yang membuat kita bisa saling merasa. Menangis dengan yang menangis, tertawa dengan yang berbagia. Sebagai koinonia atau organisme yang hidup, kita diajak untuk peduli, berbagi, menyembuhkan, menguatkan. Karena itu, yang cepat mesti bertenggang rasa dengan yang tidak cepat atau yang lambat. Yang cepat tidak boleh berlari sendirian. Namun, di sisi lain, gereja juga adalah organisasi. Gereja ditata dengan aturan. Gereja dituntun oleh visi dan misi. Gereja juga mesti dibuat menjadi organisasi yang efektif, efisien, dan transformatif. Strategi dan program-programnya mesti terukur dan harus selalu dievaluasi. Demikian juga dengan para pelayannya. Orang-orangnya mesti terbuka untuk dikembangkan dan diperbaharui. Sebab, dunia terus berubah dengan cepat. Karena itu, orang-orang yang memimpin dan melayani gereja harus pula berubah dan berbesar hati untuk dievaluasi serta diperbarui. Dengan demikian, antara organisme dan organisasi tidak perlu dipertentangkan. Gereja adalah persekutuan yang hidup, karena itu gereja juga harus ditata dan terus diperbarui. Hal ini sesuai dengan semboyan Reformasi “Ecclesia reformata semper reformanda” Supaya gereja bisa melakukan reformasi secara baik, gereja mesti belajar dari cara organisasi dunia ditata untuk menjadi semakin efektif, efisien, dan transformatif, tentu tanpa meninggalkan jatidirinya sebagai gereja Yesus Kristus. Artinya, gereja harus serentak menjadi organisasi dan organisme yang hidup. Contoh konkretnya seperti apa? Begini. Gereja sebagai persekutuan harus tetap dijaga. Kasih mesti tetap menjadi pengikat. Nilai-nilai Kerajaan Allah tetap menjadi misi gereja. Serentak dengan itu, gereja harus membuat visi, misi, strategi, dan program yang terukur dalam rangka implementasi misi Allah. Bahkan, gereja melalui para pemimpinnya harus selalu siap dievaluasi, program-programnya harus siap diganti apabila tidak relevan. Dan untuk itu, tidak perlu bertele-tele menunggu satu rapat atau persidangan yang satu ke rapat atau persidangan yang lain. Gereja harus bergerak cepat dan lincah di tengah arus perubahan yang tidak bisa ditahan-tahan oleh siapa pun. Untuk itu, selain harus tetap berpegang pada Firman, gereja juga perlu membuat aturan main yang tidak mengekang perubahan. Mekanisme organisasi dibuat untuk memperlancar roda organisasi. Hal lainnya adalah leadership yang visioner, berani mengambil langkah perubahan meski tidak populer, dan tegas. Yang terpenting adalah apa yang hendak dikerjakan itu adalah sungguh-sungguh untuk kemajuan umat dan masa depan gereja itu sendiri, bukan untuk kepentingan diri pribadi atau kelompok. Yang berlari kencang harus tetap berlari kencang. Yang berlari lambat, diberikan oksigen dan energi tambahan supaya bisa menyusul dengan cepat. Bukannya membuat yang cepat menjadi lambat. Oleh karena itu, sistem ditata, program-program dirancang dan diimplementasikan, supaya yang lambat bisa menjadi lebih cepat. Yang lemah dibuat menjadi kuat. Sinergi dan energi harus diarahkan untuk itu seefektif mungkin. Yang tidak efektif dipotong, sama seperti yang Yesus Kristus sendiri ajarkan. Ranting yang tidak berbuah dipotong, dibersihkan, supaya bisa berbuah, atau minimal tidak menghambat ranting yang lain untuk berbuah lebih lebat. Jika kita bisa memadukan secara kreatif organisasi dan organisme dalam hidup bergereja, maka gereja akan semakin efektif, efisien, dan mampu mentransformasi kehidupannya dan kehidupan masyarakat. Selamat malam dan selamat beristirahat. Tuhan memberkati kita semua. Salam
Bedanya Gereja dengan Lembaga MasyarakatPerbedaan Gereja dengan Institusi Lembaga Sosial1. Gereja Berbentuk Rohani2. Gereja Tidak Berbentuk Memaksa3. Tidak Memenuhi Kebutuhan Hidup4. Sanksi Hukum5. Bersifat Universal6. Bentuk PeraturanBedanya Gereja dengan Lembaga – Perbedaan gereja dan instirusi sosial. Pada kesempatan yang lalu kami telah membagikan ulasan tentang contoh peran gereja terhadap institusi informasi, insitusi sosial merupakan lembaga sosial yang bergerak untuk kepentingan masyarakat. Lembaga sosial tidak didirikan untuk mendatangkan keuntungan bagi pihak pun dianggap menjadi lembaga sosial karena memiliki peran-peran penting bagi masyarakat di luar gereja. Bahkan juga di luar agama Kristen Protestan maupu pertanyaannya, jika gereja memiliki peran sebagai institusi sosial, berarti gereja berbeda dengan institusi sosial bukan? Berarti apa perbedaan antara gereja dan institusi sosial?Bagi yang belum mengetahuinya, di sini kami akan mengulas secara lengkap tentang perbedaan gereja dengan institusi sosial. Silahkan simak ulasannya pada pembahasan di bawah Gereja dengan Institusi Lembaga SosialBerikut perbedaan antara gereja dengan institusi atau lembaga sosial Gereja Berbentuk RohaniGereja memiliki bentuk rohani, berbeda dengan institusi sosial yang berbentuk duniawi. Sifat rohani maksudnya gereja selalu mengupayakan kebutuhan rohani, kebutuhan bisa tercukupi dengan aktivitas seperti ibadah, retret, meditasi, outbond, renungan, dan tidak langsung hal-hal tersebut dapat menolong iman umat berkembang dengan ada suasana psikis atau mental yang lebih baik. Mungkin dapat sedikit susah untuk mengetahui apa itu kebutuhan rohani, maka biar aku jelaskan sedikit dua tipe kebutuhan manusia, yakni kebutuhan jasmani dan rohani. Bila Anda ingin suasana hati yag damai, merasakan cinta dari sesama atau Allah, itu kebutuhan rohani. Kebutuhan inilah yang diupayakan untuk dipenuhi oleh rohani dapat diukur oleh diri Anda sendiri. Apabila Anda sudah lebih banyak mengaplikasikan firman Tuhan pada Alkitab itu berarti iman Anda sudah bertumbuh. Rasa cemas, keraguan, ketakutan, dan selalu mengesampingkan Tuhan yang kemudian hilang dalam segala perjalanan hidup Anda juga dapat menjadi salah satu tanda dapat pertumbuhan iman seorang manusia yang tinggal pada jaman yang sudah maju, pemenuhan kebutuhan rohani dapat amat diperlukan. Karena, cuma dengan menjadi kaya saja tidak menjamin kepuasan batin ataupun kebahagian diri Anda Gereja Tidak Berbentuk MemaksaGereja juga tidak berbentuk memaksa, berbeda dengan institusi sosial yang memiliki berbagai aturan untuk mencapai tujuan, menyesuaikan dengan hidup manusia agar lebih baik. Contohnya aturan di sekolah, secara tak langsung Anda diminta untuk mengikuti ketetapan itu demi ketertiban sekolah, ini tak ada di gereja mengajarkan kita untuk ikuti dan menuruti perintah Allah dan segala hukumNya terutama hukum kasih. Karena kasih Allah yang besar pada manusia, manusia mempunyai tekad bebas di mana perihal ini memicu manusia menjadi spesial dan berlainan dengan makhluk ciptaan Allah yang dapat memilih untuk lakukan segala suatu dengan kebebasan ini, sehingga pada muaranya adalah mengakui Allah dan ikuti semua ajaran-Nya. Gereja di sini tidak pernah memaksa dan tugas gereja hanyalah menolong menambah kesadaran umat untuk selalu bersyukur atas semua rahmat yang sudah diterima dari Tuhan Allah sangat erat kaitannya dengan komitmen ajaran sosial gereja sebagai fundamental pemikiran di mana kita perlu mengasihi dan menolong satu mirip lain tanpa Tidak Memenuhi Kebutuhan HidupGereja juga lebh membuka diri pada suasana di sekitarnya karena pengakuan kebebasan pada gereja. Meski gereja juga menghiraukan suasana umat dan masyarakat dalam bentuk donasi dan pertolongan kemanusiaan lainya, namun tujuan utama gereja adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup secara sosial masih terbagi ulang kedalam lebih dari satu instansi yang mempunyai target untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Contohnya saja tersedia instansi pendidikan, politik, agama, dan lain sebagainya. Adanya semua instansi itu memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam beraneka bidang atau segi Sanksi HukumDi gereja, hukum yang diajarkan adalah hukum–hukum Allah yang memiliki tujuan untuk memicu kehidupan manusia itu menjadi lebih baik dan terutama ulang untuk mendekatkan manusia kepada Allah dan dapat dengan Allah kita menentang hukum yang sudah ada, maka kita bisa sama saja dengan melakukan dosa. Dan, sanksi dosa atau yang biasa dikenal juga dengan akibat dosa menurut Alkitab itu baru dapat kita rasakan sesudah pada institusi sosial, aturan yang dilanggar akan membuat anggotanya mendapat sanksi hukum secara langsung. Ambil contohnya pada sementara berada di sekolah dan Anda terlambat untuk masuk kedalam kelas ataupun lupa untuk menghimpun tugas – tugas yang dapat memperoleh poin pelanggaran secara segera sebagai sanksi atas kelakuan Anda. Karena ada saksi hukum yang mengetahui dan dapat secara segera dirasakan oleh pelanggarnya, maka banyak orang dapat mengupayakan untuk mentaati ketetapan – ketetapan yang Bersifat UniversalGereja bersifat universal, artinya gereja menghargai nilai-nilai yang dari Tuhan Allah melalui Yesus Kristus yang dicantumkan dalam Alkitab. Universal juga memiliki arti gereja terbuka untuk semua orang dari berbagai kalangan, ini berbeda jika dibandingkan dengan institusi institusi sosial, ambil contohnya sebagai sekolah, kita dapat lihat bahwa nilai–nilai pembelajaran yang dijunjung pada suatu sekolah dari satu negara dengan negara yang lain tentunya dapat pada proses pembelajaran di Indonesia, kita dapat mengupayakan membentuk kita sebagai spesial yang lebih disiplin dan cekatan dalam mengerjakan tugas–tugas yang diberikan. Sedangkan di Finlandia, proses pembelajaran dapat mengupayakan sesuai dan dimaksimalkan sebaik mungkin agar pada murid tidak perlu mempunyai tingkatan sekolah dasar yakni terasa dari TK–SMA juga dapat dibatasi ketetapan yang berdasarkan umur. Jadi, bila Anda melewati batasan umur khusus maka Anda tidak dapat untuk menempuh pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu. Tentunya perihal ini dapat berlainan bukan? Gereja dapat terima siapa saja Anda apa pun latar belakang Bentuk PeraturanNorma yang ditetapkna di gereja sangat mendasar dan fundamental, namun praktek sehari-harinya sulit dilakukan. Contohnya kita dilarang berbohong, namun nyatanya kita sering berbohong. Ini juga sangat berlainan dengan institusi dapat tersedia lebih dari satu ketetapan seperti, Anda yang diwajibkan untuk berkunjung pas waktu, kenakan atribut lengkap, dan lain sebagainya yang sebenarnya memadai rumit untuk dilakukan terutama bagi mereka yang baru saja berhimpun kedalam institusi sosial tertentu. Tapi pada prakteknya meski kita sering melanggarnya, kita bisa selalu beurpaya tidak pelanggaran yang kita lakukan bahkan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah ketaatan kita pada ketetapan yang berlaku. Meski sebenarnya tidak dapat disangkal bahwa gereja juga mempunyai fungsi yang dapat dibilang mirip dengan institusi sosial, tapi selalu saja keduanya adalah perihal yang aktivitas yang dilakukan Gereja seperti lakukan donasi kepada kaum bapak dan ikut dan juga dalam lakukan donasi kepada masyarakat korban bencana alam adalah sedikit perumpamaan peran Gereja sebagai institusi sosial. Beberapa perihal yang mirip antara Gereja dan institusi sosial adalah seperti ada susunan keanggotaan, terbuka untuk masyarakat, mempunyai visi dan misi, dan mempunyai KataDemikian pembahasan singkat mengenai perbedaan gereja dan institusi lembaga sosial. Mudah-mudahan menjawab rasa penasaran kita mengenai perbedaan di antara Hari Sabat dalam Agama KristenSyarat Masuk Surga Menurut Alkitab KristenPerbedaan Gereja Karismatik dengan Protestan
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. MENJADI GEREJA DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUKOleh Weinata SairinMemahami kemajemukan Gereja-gereja di Indonesia sebagian besar hidup ditengah masyarakat yang sangat majemuk. Dalam konteks itu penyadaran tentang kemajemukan menjadi amat penting sehingga sebuah format baru keberagamaan yang merespons realitas pluralitas, bisa dirajut dengan lebih baik. Jenderal Eddy Sudrajat 1998 memberi peringatan arif dalam konteks pluralisme keberagamaan di Indonesia, ketika ia berkata, “Ikatan sosial berupa agama tidak menutup kemungkinan untuk berubah bentuk menjadi arogansi kelompok yang dapat menciptakan disharmoni pada tingkat masyarakat. Terutama dalam masyarakat yang bersifat plural seperti Indonesia, fungsi agama sebagai pemersatu masyarakat harus diperlakukan dengan cara-cara tertentu agar tidak mengarahkan pemeluknya untuk mendominasi dan menegasikan kelompok atau pemeluk agama lain." Gereja tidak pernah berada dalam ruang yang steril dan hampa. Gereja adalah persekutuan yang diutus Tuhan untuk berkarya di tengah-tengah dunia. Gereja adalah persekutuan yang kreatif,dinamik visioner-misioner yang berada di tengah jalan, yang belum tiba di terminal yang terakhir. Sebab itu Gereja ada bukan untuk dirinya, ia ada untuk orang lain, Gereja bukan persekutuan yang eksklusif dan introvert, tapi komunitas yang terarah keluar dan tidak sibuk bagi dirinya dan Kemajemukan Gereja Kristen Pasundan GKP yang lahir tanggal 14 November 1934 adalah sebuah Gereja yang hadir dan bertumbuh di tengah-tengah realitas kemajemukan. Gereja-gereja di Indonesia amat paham bahwa realitas kemajemukan tak bisa ditolak dan tak bisa diratapi. Realitas itu mesti dihidupi. Selama 88 tahun GKP telah menjalani dan menghidupi kondisi itu. Gereja Kristen Pasundan pertama-tama adalah Gereja wilayah. Bukan gereja suku. Pemahaman ini menjadi penting sebab akan berkaitan erat dengan keanggotaan dan pendirian/aspek "ekspansi" Gereja wilayah dimaksudkan bahwa GKP hanya hadir dan berdiri di suatu wilayah tertentu. Dahulu di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Kini DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Di Juar wilayah itu tidak boleh didirikan GKP. Jika ada warga GKP yang pindah ke wilayah lain di luar 3 wilayah itu maka mereka bisa mencari atau menjadi angota-anggota gereja lain "yang seajaran" atau Gereja-gereia anggota PGI lainnya. Selain itu GKP mesti memiliki concern terhadap wilayah di tempat ia diutus. Concern dalam arti memahami dengan baik pemetaan di wilayah itu dari segi demografis, agama, dan sebagainya dan mengembangkan hubungan dengan semua potensi yang ada di wilayah itu serta memberikan kontribusi optimal bagi pembangunan di wilayah itu. GKP terbuka untuk menerima anggota dari berbagai latar belakang suku dan denominasi, sesuai dengan persyaratan yang diatur dalam TG/PPTG GKP. Sebagai Gereja wilayah, maka GKP memiliki keanggotaan yang majemuk dari segi suku dan latar belakang. Sehubungan dengan itu, juga GKP melalui tata gerejanya memberi dorongan agar warga Gereja berperan aktif dalam kehidupan masyarakat,bangsa dan rumusan tata gerejanya secara normatif amat jelas bahwa GKP adalah sebuah Gereja yang terbuka dan yang mendorong warganya untuk memainkan peran signifikan dalam masyarakat majemuk Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI 1945 Bahkan disebutkan GKP memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kesepakatan, ketentuan dan aturan-aturan yang dibangun atas dasar falsafah Pancasila dan UUD NRI 1945, berperan secara positif,kreatif kritis, dan realistis dalam memberi landasan moral, etik, dan spiritual bagi pembangunan masyarakat Pancasila. Secara gamblang peran GKP dalam masyarakat pernah dirumuskan dalam Rencana Kerja Dasar GKP yang berbunyi "menjadi gereja wilayah yang mandiri dan setia melaksanakan panggilannya membangun kehidupan yang berbudaya, berkeadilan, dan beribadah dalam keterbukaan kerja sama dengan Gereja lain dan masyarakat".Langkah ke DepanDi masa depan GKP harus benar-benar konsisten menampilkan diri sebagai Gereja yang diutus dan berkarya di tengah dunia. Penyadaran14 November 1934 tentang diksi diutus dan berkarya menjadi amat penting bagi GKP dalam merengkuh masa depannya. Bidang-bidang pelayanan yang ada Kesehatan, pendidikan, dan sosial, harus disinergikan sedemikian rupa agar menjadi potensi yang solid untuk menghadirkan syalom di tengah realitas kemajemukan Indonesia. Akses kepada pemerintah di berbagai aras pengembangan hubungan lintas agama, penyiapan SDM berkualitas, hubungan personal dengan tokoh-tokoh kunci di berbagai aras menjadi suatu kebutuhan yang tak bisa diremehkan. Kepekaan terhadap konteks, kemampuan untuk membangun relasi, jejaring, dan kecermatan untuk memetakan kondisi sekitar merupakan kewajiban yang tidak bisa ditunda. Dengan mengembangkan hal itu, GKP akan makin bertumbuh dan bermakna bagi dunia. Tri wawasan GKP yang sejak tahun 1989-an dipopulerkan menjadi titik tolak dan nada dasar gerak pelayanan GKP Wawasan ke-GKP-an, wawasan oikoumenis, dan wawasan kebangsaan harus benar-benar dijabarkan dan diimplementasikan konsisten dalam program dan bahkan harus menjadi pemandu warga GKP dalam menjalankan kehidupannya sebagai warga Gereja di Kata Seluruh warga GKP bahkan Gereja-gereja di Indonesia menaikkan puji dan syukur kepada Tuhan, Raja dan Kepala Gereja yang selama 88 tahun setia menuntun perjalanan GKP melintasi zaman dengan berbagai hambatan,tantangan,ancaman dan gangguan HTAG. GKP kini harus makin berhikmat, visioner dan profesional menyongsong Satu Abad GKP dua belas tahun lagi. Masih banyak PR yang mesti dikerjakan terutama program pembinaan warga gereja agar mereka tetap survive sebagai anak-anak terang yang hidup di dunia Tri Wawasan GKP harus makin dikedepankan dalam aras praksis, selain itu Rasa Bangga terhadap GKP harus menjadi roh dan napas setiap warga jemaat GKP. Pada HUT GKP tahun 1985 Penulis ikut merumuskan 3 hal yang menjadi alasan dasar mengapa warga GKP harus memiliki rasa bangga terhadap GKP, yaitu GKP lahir tahun 1934 sebelum Indonesia merdeka, GKP termasuk Gereja tertua di Indonesia; GKP sangat oikoumenis, ia menjadi Gereja pendiri PGI, anggotanya dan pimpinannya amat majemuk; GKP hidup dan berkembang ditengah masyarakat yang memiliki kadar keagamaan yang amat kuatUsia 88 tahun yang dianugerahkan Tuhan kepada GKP harus disambut dengan rasa syukur yang meluap-luap dan tekad kuat untuk benar-benar menjadi Gereja Orang Samaria Yang Murah Hati, Gereja yang bermakna bagi Kemanusiaan, Pemajuan HAM dan Peradaban bagi keutuhan HUT ke-88 Gereja Kristen Pasundan!Jakarta, dikehangatan HUT 88 GKP14 November 2022. Lihat Puisi Selengkapnya
apakah gereja itu sama dengan organisasi lain di masyarakat